Rabu, 06 Oktober 2010

Skype Dan VoIP Rakyat

Niklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan
Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepoNiklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepoNiklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepoNiklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepoNiklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepoNiklas Zennstrom asal Swedia, seorang programmer biasa di sebuah operator telepon, Tele2. kerjanya di depan komputer memelototi baris-baris bahasa komputer. Bersama sahabatnya, Janus Friis, dia “bergerilya” membuat teknologi telepon via Internet. Kantor mereka di ruang bawah tanah sebuah diskotek dengan 23 karyawan programmer dari Eropa Timur. Kantor sederhana itulah yang melahirkan Zennstrom menjadi “orang berbahaya”. Dia mengajarkan cara baru bertelepon, yang murah, yakni lewat Skype, sambungan telepon via Internet dengan teknologi peer to peer (dari komputer ke komputer). Jadi, tak perlu menyewa jalur khusus. Cara ini membuat bisnis operator-operator telepon konvensional agak limbung. Bisnis mereka tergerus. Bayangkan, dengan Skype orang bisa menelepon ke pojok dunia mana pun secara gratis. Lalu, buat apa telepon biasa? Ide melahirkan Skype itu sebenarnya sudah dirintisnya sejak 1991, saat gelombang Internet datang. Zernnstorm dan Friis sudah menjajal telepon Internet (Voice over Internet Protocol). “Waktu itu kualitas suaranya buruk,” katanya. Mereka berdua pun lalu terinspirasi oleh Napster, jaringan yang menghubungkan komputer-komputer di seluruh dunia lewat Internet untuk berbagi lagu. Mereka meluncurkan teknologi serupa, yang lazim disebut teknologi peer to peer. Aplikasi yang bernama Kazaa itu amat populer di ranah Internet, 350 juta orang mengunduhnya. Dengan peranti ini orang bisa mengunduh atau bertukar lagu lewat orang sejagat. Tapi ini cara ilegal. Teknologi itu membuat gerah lima raksasa industri rekaman dunia, seperti Sony, EMI, dan BMG. Mereka berniat menyeret Zennstrom ke meja hijau karena pelanggaran hak cipta. Itulah sebabnya akhirnya Zennstorm, lelaki dengan dua gelar master (master fisika dan master bisnis) itu banting stir. Teknologi penghubung komputer sejagat via Internet atau peer to peer dia sulap menjadi penghubung telepon. Skype pun datang. Meski akhirnya dia menjual perusahaannya itu kepada toko lelang online Ebay–senilai US$ 2,6 miliar (Rp 25,2 triliun). Bagi banyak orang, Zenstrom seperti dewa penyelamat, apalagi saat krisis menghantam seperti sekarang ini. Semua anggaran tiba-tiba menjadi cekak. Bujet telepon dipangkas. Sekarang, perusahaan multinasional mana yang tak memakai telepon Internet seperti Skype? Telepon ke Singapura pun terasa seperti menelepon ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.n ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.n ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.n ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.n ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.n ke Singaparna–sebuah kecamatan kecil di Tasikmalaya–karena saking murahnya. Di Indonesia, orang-orang berotak segar seperti Zennstorm bukannya tak ada , cuma tak seberuntung dia. Mereka adalah para perintis VoIP Rakyat www.voiprakyat.net). Salah satunya adalah Onno W. Purbo. Mereka bergerilya agar VoIP bisa terhubung ke saluran telepon biasa. Tapi Pemerintah malah memberangus karena dianggap ilegal alias tidak memiliki izin penyelenggaraan. Bahkan para operator VoIP dicap sebagai koruptor. Kiranya sebutan “koruptor” terlalu berlebihan dan jelas sangat menyinggung hati nurani sebagai anak bangsa yang hendak memberikan sumbangsih pada bangsa.. Duh, padahal, bila berhasil, proyek itu bisa membuat telepon jadi supermurah dan menjangkau daerah terkucil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.